STOP SEGALA KESERAKAHAN
|
BUMI MAKIN TUA
Seperti halnya suatu kehidupan, bumi yang kita huni ini usianya makin hari makin bertambah. Di satu sisi manusia menjadikannya makin cantik, makin indah, makin gemerlap di malam hari dan makin menggairahkan kehidupan manusia itu sendiri. Namun di sisi lain, kita tak boleh menutup mata bahwa kerusakan permukaan dan isi bumi pun juga semakin parah. Penambangan berbagai kekayaan isi perut bumi baik legal maupun ilegal semakin meluas , semakin dalam dan semakin tak terkendali semuanya menyebabkan kerusakan permukaan bumi sampai ke dasar laut menjadi semakin parah. Perambahan hutan dengan pembakaran dan penebangan liar, juga eksploitasi kelautan yang meningkat baik kualitas teknologinya maupun kuantitas arealnya, hampir semuanya mengarah kepada ancaman terhadap keselamatan bumi ini beserta penghuninya. Suhu bumi yang kian meningkat, gejala anomali cuaca/iklim, bertambahnya jenis-jenis penyakit, naiknya rob di berbagai daerah, banjir di mana-mana, tsunami seringkali terjadi, juga badai dahsyat yang mengerikan, udara yang makin terpolusi dan banyak lagi bencana-bencana yang lain sebagai akibat ulah manusia sendiri, tak terkecuali semburan lumpur panas di Sidoarjo yang dampaknya makin nyata menyengsarakan masyarakat. Dari sisi manusianya, di negeri ini para pemimpin seringkali bangga menjadi tontonan di TV memamerkan kepiawaiannya bersilat lidah tanpa ada yang mau mengalah apalagi mengaku salah, pembohongan publik semakin menjadi, kenyataannya korupsi makin terbongkar di sana-sini, perselingkuhan pun semakin direstui. Di belahan dunia yang lain seperti di Mesir, Libya, Tunisia, Irak, Iran, Pakistan, Kamboja dsb, hampir di semua negara baik yang maju atau yang belum selalu kita lihat dan dengar adanya pertentangan, permusuhan dan juga peperangan baik antar negara maupun antar etnis, antar kelompok masyarakat dsb. seakan takkan pernah henti. Sehingga kondisi bisa dikatakan makin kacau. Benarkah kalau kita katakan bahwa Bumi ini makin tua ??? Ataukah ini kesalahan manusia sendiri yang nampaknya semakin hari semakin serakah saja ??? Mengapa manusia yang katanya sebagai makhluk paling sempurna, justru yang paling banyak berbuat kerusakan ??? Bolehkah kita pessimis bahwa bumi kini menjelang kehancurannya ??? Atau sebaliknya, bahwa kita masih bisa memperbaikinya !! Ingat bahwa faktor manusia adalah yang paling banyak menentukan maraknya perubahan baik itu perbaikan atau bahkan perusakan .....Dari ulah manusialah sebagian nasib bumi ini dipertaruhkan. Bisakah semua kerusakan itu dikurangi atau bahkan dihentikan ??? Kiranya di sinilah peran manusia diperlukan. Tetapi... lewat cara mana kita dapat mempersiapkan manusia yang lebih berkualitas baik secara ragawi maupun secara mental. moral dan spiritual ??? Ada baiknya kita mencobanya, karena nasib suatu kaum akan bisa berubah oleh ulah kaum itu sendiri....
|
"Hamug, hamug... sura mrata jaya mrata , ngimbangi sasat padha hei ,hei, he....................ya aku Bethara Kala , ...
|
Lahirnya Bathara Kala mengandung Nilai Pendidikan Karakter.
Menurut kisah Ki Dalang, kelahiran bayi yang kemudian dinamakan Bathara Kala sangatlah tidak wajar. Silahkan pembaca menyimak hal tersebut Di sini .Hal tersebut sebenarnya mengandung makna ajaran bahwa kejadian janin manusia yang berawal dari perbuatan kedua orang tua pada saat memadu kasih sangatlah menentukan apa dan siapa yang bakal terjadi/tercipta, karena tak ada sesuatupun di dunia ini yang terjadi tanpa sebab. Demikian pula halnya dengan turunnya benih sang ayah kepada sang ibu, segala faktor kondisi dan situasi pada saat itu semuanya ikut menghantar sekaligus mewarnai terbentuknya benih manusia lengkap dengan perwujudan maupun sifat-sifat yang akan dimiliki oleh manusia yang akan terlahir nanti. Itulah sebabnya saat-saat memadu kasih tersebut menurut paham orang Jawa khususnya Nusantara pada umumnya amat sangat disakralkan dan sangat diperhitungkan. Perwujudan lingga dan yoni yang disakralkan para leluhur menjadi bukti tentang hal itu. Jadi, sangatlah berkebalikan dengan apa yang sering terjadi sekarang. Pernikahan, baik itu resmi ataupun setengah resmi seringkali hanya dipakai sebagai pelampiasan hawa nafsu/keinginan semata. Semakin maraknya tempat-tempat maksiat, ataupun tempat-tempat yang menyediakan sarana untuk perilaku seks bebas/menyimpang, begitu banyaknya kiat-kiat (termasuk segala peralatan/obat-obatan) yang digunakan untuk merestui perbuatan pemuas nafsu seperti itu, tak terkecuali melalui cara-cara sok suci yang berlapis label halal, termasuk perselingkuhan-perselingkuhan yang dibenarkan secara hukum. Kawin cerai sudah menjadi hal yang lumrah dan malah menjadi kebanggaan bagi sebagian orang karena menjadi sensasi tersendiri. Bagaimanapun akal manusia mengelabui niat-niat bejad itu dengan segala macam hukum, tak ayal pasti akan menghasilkan benih-benih manusia sialan yang nantinya ikut serta andil dalam merusak dunia/alam ini . Dalam arti kata akan melahirkan Bathara Kala - Bathara kala baru yang ikut merusak tatanan masyarakat dan akhirnya menyengsarakan banyak pihak. Dan itu semua rupanya sudah terjadi sejak lama, sejak merembesnya kebudayaan asing yang tak sempat difilter oleh bangsa kita dan bahkan sebagian membanggakannya. Krisis multi demensi yang salah satunya adalah dekadensi moral semakin merebak di bumi pertiwi ini sebagai akibat lahirnya Bathara Kala yang semakin banyak.
Lalu .... selanjutnya , apakah kiranya yang akan kita perbuat ...???
Lalu .... selanjutnya , apakah kiranya yang akan kita perbuat ...???
Sing sapa nandur bakal ngunduh, siapa menanam dialah penuainya
Dengan berbekal keyakinan seperti di atas ditambah keyakinan akan ke Maha Adil-an dan Maha Kasih Tuhan YME, masyarakat Jawa pada umumnya tetap optimistis, bahwa segala sesuatu itu terjadi karena ulah manusia sendiri. Kesejahteraan, ketenteraman, kebahagiaan semua tercipta sebagai buah hasil perbuatan, demikian pula sebaliknya. Untuk itu maka kita harus selalu berusaha menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam pribadi generasi muda sekarang dan nanti., tentunya demi kebaikan nasib mereka nantinya. Kita harus lakukan sesuatu untuk dunia ini dimulai dari manusianya. Kita mencoba mempersiapkan manusia yang lebih bersih dari segala macam kendala, bersih dari dosa, bersih dari segala penyebab sial, dan siap berjuang lebih gigih berlandaskan nilai-nilai luhur budaya asli milik bangsa sendiri, demi masa depan dunia yang lebih gemilang. Ruwatan Murwakala adalah salah satu ritual sakral di Tanah Jawa yang bertujuan menghilangkan pengaruh-pengaruh negatif yang terbawa seseorang karena suatu kondisi di saat lahir , atau mungkin juga karena suatu tingkah perbuatan yang salah , yang kemudian selalu menyebabkan rasa khawatir (uwas Jw) dan kurang percaya diri yang bisa mengakibatkan kesialan hidup dan kesialan dalam segala hal usaha dan perbuatannya, yang tentu saja dampaknya bisa membawa bencana di sekelilingnya (keluarga dsb). Sosok manusia yang selalu sial (dan bisa membawa sial) seperti inilah yang disebut Janma Sukerta. Sebagai salah satu solusi dalam mengatasi masalah ini sebagian masyaralat Jawa percaya bahwa dengan melaksanakan Upacara Ritual Ruwatan disertai pagelaran Wayang Kulit dengan lakon Murwakala tersebut maka sukerta (penyebab kesialan) seseorang akan dapat dilenyapkan sehingga diharapkan anak/orang tsb. bisa hidup bahagia sejahtera dst. di kelak kemudian hari . Siapa saja kah kiranya yang termasuk Janma Sukerta itu ?? Silahkan Klik DI SINI untuk mengetahuinya lebih jelas.
Selanjutnya marilah kita simak arahan di bawah ini ........
SEUNTAI TUTUR AWAL
Bagi kaum Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME ,terutama yang tinggal di pulau Jawa, bulan Suro yang merupakan bulan awal didalam penanggalan (kalender) tahun Jawa, adalah bulan sakral di awal tahun yang selalu dipenuhi dengan acara-acara ritual , baik ritual yang berkaitan dengan hubungan antar manusia , hubungan manusia dengan alam baik secara fisik maupun meta fisik, dan hubungan manusia dengan Tuhan YME. Keseluruhan ritual tersebut dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan manusia , juga keseimbangan ekosistem yang tentunya amat berpengaruh terhadap kehidupan itu sendiri. Mengapa demikian , karena hanya dalam kondisi yang seimbang maka ketentraman, kedamaian ,dan stabilitas kehidupan dapat terjamin, dan hanya dalam suasana ketentraman dan kedamaian yang stabil maka kemajuan demi kemajuan akan dapat kita wujudkan. Dari sekian banyaknya macam ritual, maka Ruwatan adalah merupakan salah satu jenis ritual yang sering digelar di bulan Suro , apakah itu ruwatan untuk anak-anak atau orang dewasa yang memang perlu diruwat, ataukah ruwatan yang bersifat lebih luas misalnya ruwatan desa, ruwatan negara, dan sebagainya. Ruwatan bagi anak-anak maupun orang dewasa (biasanya disebut Ruwatan Murwakala) ditujukan untuk menghilangkan segala kesialan(kesulitan dalam hidup) yang menimpa mereka sebagai akibat adanya sesuatu kondisi yang menyertainya pada saat mereka lahir ataupun kondisi yang tercipta dalam suasana hidup yang bersangkutan. Anak atau orang yang demikian dikatakan sebagai penyandang sukerta dan disebut Janma Sukerta Setelah dengan sukses menyelenggarakan Ruwatan Murwakala pada 24 Desember 2011 yang lalu, yang diikuti putra-putri para penghayat Kepercayaan dan juga masyarakat umum ,maka atas kesepakatan Pengurus dan sebagian besar warga Penghayat dan masyarakat, selain acara rutin Pahargyan Suro acara Ruwatan tersebut akan kami gelar kembali secara lebih berkualitas pada bulan Suro 1947 Jawa atau sekitar bulan Nopember 2013 y.a.d. . Dan untuk bisa lebih banyak menjangkau masyarakat kurang mampu maka pendaftaran dibuka sedini mungkin sehingga biaya tersebut dapat diangsur . Selain acara Ruwatan , kami juga akan menyelenggarakan Jamasan Pusaka yang bertujuan melayani para pemilik Pusaka yang ingin membersihkan/memandikan Pusakanya dengan biaya relatif murah karena didukung bersama-sama peminat yang lain. Dalam penjelasan berikutnya akan diuraikan secara singkat mengenai berbagai ketentuan yang dapat dijadikan panduan bagi masyarakat yang berminat mengikuti kegiatan–kegiatan tersebut baik acara Ritual Ruwatan Murwakala maupun Jamasan Pusaka. Silakan para peminat mencoba memahaminya lebih lanjut dengan meng-klik kata-kata bergaris bawah seperti terlihat di atas. R a h a y u , R a h a y u , R a h a y u . Dan .... mereka siap berkarya ......
|
KABUL W.
|
Lakon MURWOKOLO
Lakon Murwokolo yang akan mengisi Pagelaran Wayang Kulit dalam acara Ruwatan Massal pada bulan Suro 1947 Jawa nanti merupakan ritual sakral yang harus dilaksanakan dalam rangka menghilangkan atau paling tidak mengurangi berbagai pengaruh negatif yang menghambat perkembangan pribadi anak-anak bangsa ini agar mereka mampu mengimbangi segala perkem -bangan yg semakin pesat di segala bidang .
|