PROSESI RUWATAN
Prosesi Ruwatan Sukerta Murwokolo ini dimulai dari rumah/tempat tinggal masing-masing peserta dan hendaknya seluruh keluarga (ayah/ibu/nenek/kakek) ikut serta mendukung prosesi ini secara keseluruhan. Bagi peserta yang sudah menginjak masa remaja maupun dewasa dianjurkan melakukan LAKU TARAK seperti tersebut di bawah ini, demikian pula bagi kedua orang tua peserta.
I. LAKU TARAK
Guna mendukung terkabulnya makna ruwatan , maka dianjurkan dengan sangat kepada orang tua / wali serta peserta ruwatan (bagi yang telah dewasa) untuk melaksanakan laku tarak yaitu tidak memakan daging , ikan dan telur (semua yang berjiwa) selama tujuh hari menjelang hari pelaksanaan Ruwatan (hari H).
Apabila pendaftaran dilakukan terlambat karena sesuatu hal (misalnya kurang dari 7 menjelang hari H) , maka sebagai alternatif , dapat dilakukan Mutih (makan hanya nasi saja tanpa lauk pauk) selama 3 (tiga) hari menjelang hari H.
Dan apabila pendaftaran sangat terlambat , maka sebagai alternatif dapat dilakukan puasa sehari semalam (24 jam) menjelang hari H.
Selama melaksanakan laku tarak/mutih/puasa tersebut dianjurkan pula untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME (memperbanyak sembahyang /sujud /samadi) sesuai dengan keyakinan masing-masing
II. PERSIAPAN DI RUMAH PADA HARI H.
Sebelum berangkat menuju ke tempat Ruwatan hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Siram Jamas: para orang tua /wali serta peserta ruwatan hendaknya melaksanakan Siram Jamas (mandi bersih disertai keramas), sambil selalu ingat dan dalam hati memohon ampunan kepada Tuhan YME.
b. Peserta mengenakan busana ruwatan (busana Sukerta)
c. Acara Sungkeman: Para peserta wajib melaksanakan sungkem (berjongkok mencium lutut sambil mohon maaf dan restu) kepada kedua orang tua /wali, kalau ada juga kepada kakek/nenek atau bibi/paman yang ada di rumah itu. Acara ini harus dilaksanakan secara hikmat dan penuh penghayatan dan keikhlasan.
Setelah acara sungkeman selesai dilaksanakan barulah peserta beserta keluarga (ayah/Ibu atau yang lain) berangkat bersama-sama ke tempat Sanggar Pangruwatan (tempat acara Ruwatan diselenggarakan)
III. TENTANG BUSANA SUKERTA
Sebaiknya bagi kedua orang tua/wali (yang punya hajat ngruwat) yang mengantar peserta ruwatan mengenakan busana Kejawen ( pakaian adat Jawa). Jika tidak ada , boleh berpakaian apa saja asal bersih , baik dan sopan.
Adapun bagi peserta ruwatan yang wajib dikenakan antara lain :
a. Peserta ruwatan Pria Dewasa :
Baju kemeja lengan panjang warna putih, bawah/dalam celana panjang bersih warna bebas, dibalut bebet kain mori putih ± 2 meter (sebaiknya diwiru), tali/ikat pinggang dari kain mori putih.
b. Peserta ruwatan Wanita Dewasa :
Baju kebaya warna putih, bawah kain mori putih ± 2 meter (sebaiknya diwiru) , ikat pinggang juga kain mori putih.
c. Peserta belum dewasa :
Baju lengan panjang warna putih , bawah dibalut kain mori putih diatur seperti bebet, dengan ikat pinggang juga dari kain mori putih ,dalamnya pakai celana pendek/panjang yang bersih.
Catatan: Semua bahan yang berupa kain mori putih tersebut di atas setelah selesainya upacara ruwatan (yaitu setelah peserta diijinkan ganti pakaian), dibungkus rapi (dimasukkan kresek) selanjutnya diserahkan oleh orangtua/wali kepada Ki Dalang.
Acara ganti pakaian tersebut dilakukan setelah selesainya acara Tigas Rikma (pemotongan rambut peserta oleh ki Dalang)
IV. PROSESI DI SANGGAR PANGRUWATAN
- Para Peserta Ruwatan yang hadir segera mendaftarkan diri dimeja Panitia untuk mendapatkan Tanda Peserta Ruwatan
- Para Peserta Ruwatan ditempatkan di Area Khusus duduk berkumpul dengan khidmad bersama peserta yang lain
- Para Peserta mengikuti seluruh acara dari mulai Pembukaan sampai dengan selesainya Acara Pagelaran Wayang Kulit dengan Cerita Murwokolo, serta diharapkan dengan tenang dan khidmad mengikuti seluruh alur cerita maupun wejangan-wejangan dan pembacaan Mantera-mantera oleh Ki Dalang.
- Para Peserta diperbolehkan menyantap hidangan yang disediakan setelah mendapat aba/perkenan dari Pembawa Acara / panitia
- Selesai Pagelaran Wayang Kulit, para Peserta wajib mengikuti acara Siraman Air Kembang Setaman (yang telah dimanterai oleh Ki Dalang)
- Para Peserta mengikuti Acara Tigas Rikma ( pemotongan rambut) oleh Ki Dalang
- Para Peserta mengikuti acara Menarik Kupat Luar yang dilakukan oleh Orang tua atau Panitia yang mewakilinya
- Para Peserta diperkenankan melepas Busana Sukerta (berupa kain mori putih) yang kemudian dibungkus rapi dan diserahkan kepada ki Dalang
- Para Peserta melaksanakan Sungkeman kepada orang tua masing-masing
- Melaksanakan Sujud Manembah ( berdo'a) bersama-sama
- Para Peserta akan mendapat air bunga (Tirta Sekar Setaman) yang sudah dimasukkan dalam botol untuk dibawa ke rumah masing-masing
- Para Peserta mendapat Piagam Penghargaan
V. MENGAKHIRI RUWATAN DI RUMAH
Setibanya di rumah masing-masing , air bunga (Tirta Sekar Setaman) yang didapat dari tempat ruwatan (setiap keluarga peserta ruwatan akan mendapat bagian) dituangkan semua ke dalam ember besar atau bak mandi yang berisi air secukupnya.
Selanjutnya baik orang tua/wali maupun para peserta ruwatan mengguyur dirinya masing-masing dengan air kembang tersebut (mulai dari kepala sampai kaki) , yang dilanjutkan dengan mandi keramas dan mandi biasa sampai bersih.
Demikianlah acara ruwatan diakhiri dengan ungkapan rasa syukur dan panjatan doa semoga niat untuk menyingkirkan semua kesialan/was-was/ kesulitan hidup sebagai akibat kondisi yang disandang para penyandang sukerta , dapat terkabul atas kehendak Tuhan YME.
PROSESI TERSEBUT DI ATAS BISA BERUBAH SESUAI DENGAN
KONDISI SITUASI DAN HASIL KESEPAKATAN PANITIA DAN PETUGAS RUWATAN (KI DALANG)